Loano, ( nupurworejo.com ) – Menghadirkan undangan Bashul Masail RMI NU Habib Faqih Muqoddam Ba’abud yang sekaligus sebagai President Ballgiez Kabupaten Purworejo mengisi jalanya Bashul Masail sebagai Musoheh, pada Rabu malam (16/3/2021).
BACA JUGA :
RMI NU PURWOREJO ADAKAN BASHUL MASAIL, KETUA RMI NU: MELATIH MENTAL SANTRI DENGAN DASAR ILMIYAH
Gus Hakim: Hilangkan Dikotomi Struktural – Kultural
Kegiatan yang dilaksanakan bertempat di Pondok Pesantren Al-Wahid induk Nurul Qur’an asuhan KH. A Mutamaqin Desa Solotiang, Kecamatan Loano, Puroworejo, yang diikuti Gus-gus dan perwakilan Santri-santri di Puroworejo.
Presiden Ballgiez Habib Faqih Muqoddam Ba’abud dalam ucapannya, “Kesempatan yang berbagaia diperuntukan di suatu acara dalam suatu tempat, waktu yang InsyaAllah Barokah dan mendapat ridho dari Allah SWT,” katanya pada Rabu Malam (16/3/2021).
Dalam sambutanya, Habib Faqih memulai dengan membuat audiens tersenyum lebar.
Selanjutnya beliau melebarkan penjelasan, Program Kegiatan RMI NU Kabupaten Purworejo program yang luarbiasa.
” Program Bashul Masail RMI NU menjadi identitas, menjadi cirikhas sebagai wadah warga Nahdliyyin atau Ahlussunnah wal jama An-nahdliyah, dimana-mana kita mengenal istilah perdebatan Fiqih menurut Fulan A, Fulan B hanya berdasarkan yang mereka fikirkan. Lebih mendahulukan akal dari pada manusiawi yang menjadikan cirikas kita sebagai santri di Pondok Pesantren,” ujarnya.
“jika di kalangan kita lebih banyak mendahulukan referensi dalil terlebih dahulu kemudian akal kita menompang untuk menjadikan dalil yang realistis, dan saya punya cukup contoh. Walaupun disamping-samping saya ini lebih Alim lebih hebat, tetapi urusan berbicara saya tidak mau kalah,” katanya.
Dijelaskan lebih dalam, cirikhas yang membedakan dari segi manapun.
Teringat pada saat era rezim Indonesia Bangsa kita, sangat ketat terhadap aliran. Sebutan ketika pada masa orde baru masa Soeharto yang ketat sekali, orang-orang seperti Abu Bakar Ba’asir. Dahulu sebelum adanya Pemipin MTA Sukino ada yang lebih senior lagi tuan Taupen di Solo Raya. Aliran seperti itu tidak bisa berkembang, pertanyaan apakah khilafah muncul akhir-akhir ini ternyata tidak dan ternyata sudah dari dulu, dan apakah syalafi dan wahabi muncul akhir-akhir ternyata tidak, sudah dari dulu hanya dulu diperketat, jangkan yang minhum Nahdlatul Ulama terlebih dahulu juga diperketat gerakanya Kemudian dengan berjalannya waktu tahun 1998 reformasi Negara berubah halauan menjadi berasaskan demokrasi Enaknya bagi warga hak kebebasan membaca lebih terjamin dan repotnya aliran bermacam-macam juga bebas yang dilindungi oleh hukum,seperti ini yang repot,” katanya.
Lanjut beliau menuturkan, caranya menangkal radikal bebas seperti dalam kegiatan Bashul Masail seperti ini. Dan mengunakan media sosial dengan baik.
” Satu-satunya cara untuk menangkal hal seperti itu adalah dengan Bil Ilmi, Bil Khujah seperti halnya mengunakan media sosial, berperan aktif meramaikan media sosial. Alhamdulillah di NU kita mengenal ada Gus Baha, Gus Kausar, Gus Reza adalagi Gus Muwafiq dan lainya, dikalangan kita di Pesantren dengan menjaga ke orisinialitas khujah tersebut, berdasarkan yang refrensial yang refrenstratif, semua berbicara ada dalilnya,” katanya.
Bedanya kita dengan minhum adalah seperti yang di baca santri yaitu kitab kuning menurut Imam. Dan ternyata hal seperti ini membedakan sekali, kuwalitas kita jauh diatas mereka bedanya mereka lebih dahulu menguasai media sosial, dan sedikit demi sedikit kita sudah berusaha menutupi hal seperti itu itu, contoh kita yang punya handphone berdakwah di media sosial sebagai suatu keharusan bagi santri,” tuturnya.
Orang seperti Habib, Kyai, Gus semuanya menbutuhkan dakwah bermedia sosial dan sebaliknya, seperti komputer pegiat media sosial adalah CPU dan Ulama adalah Monitornya. Bermedia sosial harus selalu dengan Ngaji dan alangkah indahnya menjadi satu.
Teringat saya terlebih dahulu Mondok pernah ikut audisi AKSI dari beribu santri saya masuk 30 besar dan sudah banyak meneluarkan dalil-dalil, jangan meremehkan menjadi pablik spiking ternyata memang sulit. Meraka membutuhkan kemasanya, tampilanya, jadi jangan heran televisi dikuasai minhum. Sebetulnya kita tidak kalah dengan mereka, seperti halnya dokter gigi yang harus melewati sekolah sampai lama, kita like hal itu,” pungkasnya.
Warta : Achmad Rohadi
Editor : M Hakim