KH Chalwani: Ansor Itu Artinya Penolong, Kalau Maunya Ditolong Bukan Ansor Tapi Mansur – Warta Nahdliyyin

Menu

Mode Gelap
PR IPNU IPPNU Kaliwungu Gelar Makesta dan Pembentukan Pengurus Anggota Tertinpa Musibah Kebakaran, MWCNU Bagelen Galang Solidaritas Mahasiswa HMPS Prodi PAI Stainu Purworejo Gelar Musma PR GP Ansor Bedono Pageron Kecamatan Kemiri Resmi Dilantik Bayan Bersholawat, Sekaligus Santunan Anak Yatim

Berita · 7 Apr 2021 14:13 WIB ·

KH Chalwani: Ansor Itu Artinya Penolong, Kalau Maunya Ditolong Bukan Ansor Tapi Mansur


					KH Chalwani: Ansor Itu Artinya Penolong, Kalau Maunya Ditolong Bukan Ansor Tapi Mansur Perbesar

NGOMBOL (nupurworejo.com) – Kader-kader GP Ansor Purworejo diminta untuk senantiasa bekerja keras. Tidak usah gengsi menjalani pekerjaan apapun. Pilih-pilih pekerjaan justru akan membuat rejekinya tersendat.

Hal itu diungkapkan KH Achmad Chalwani Nawawi saat memberikan paparan dalam bincang sejarah dalam rangka menyambut Harlah GP Ansor ke-87 yang digelar di Pondok Pesantren Hidayatul Ummah, Desa Wero Kecamatan Ngombol, Senin (5/4) lalu.

BACA JUGA

Sambut Harlah ke-87, PC GP Ansor Purworejo Gelar Bincang Sejarah

“Ini kelakar bapak saya, Alm KH Nawawi Shidiq. Ansor kui artine penolong. Mulakno ekonomine kudu kuat men iso nolong. Nek ekonomine lemah, gaweane ider proposal ra sido dadi Ansor, tapi Mansur (orang yang ditolong),” tuturnya.

KH Chalwani yang juga mantan Pengurus PC GP Ansor Kota Madya Kediri di era 1976 saat menempuh pendidikan tinggi di Universitas Tribakti tersebut menambahkan, Nabi Muhammad adalah sosok pekerja keras. Usia 11 tahun sudah mengembala kambing, 16 tahun sudah berdagang dan 25 tahun ekonominya sudah kuat. “Maka saat menikahi Siti Khotijah mahar beliau 20 ekor onta. Kalau pakai kurs sekarang sekitar 800 juta rupiah. Beda dengan kita yang hanya cukup seperangkat alat sholat, sahh…,” ujarnya disambut tawa kader-kader Ansor.

Maka menurutnya kemandirian ekonomi kader itu sangatlah penting. Berjuang di Ansor harus, namun jangan sampai ekonominya terabaikan. “KH Hasyim As’ari, pendiri NU saja meski sudah jadi ulama besar yang santrinya ribuan masih mau jualan tembakau di Pasar Cukir Jombang. Beliau tidak gengsi. Tentu ini harus menjadi motivasi kita untuk meniru para pendahulu,” imbuhnya.

Terkait dengan sejarah Ansor apalagi yang skala nasional, Wakil Rois Syuriah NU Jawa Tengah itu menyebut bahwa di era digital ini sejarah GP Ansor sudah banyak di temukan di dunia virtual. “Dalam skala nasional, saya yakin sabahat-sahabat semua sudah lebih ngerti dari saya. Kan kader-kader semua ini. Sahabat-sahabat bisa mempelajari sendiri di google atau youtube. Saya akan menyampaikan sebatas pengalaman saya berkenaan dengan NU termasuk Ansor saja,” terangnya.

Baca juga:  Ranting Fatayat NU Borowetan Turut Dilantik, MWC Bersyukur Bisa Perkuat Gerakan NU di Banyuurip

Diceritakannya, sejak kecil dirinya sudah cinta dengan NU. Bahkan saat bersekolah di SD Gintungan, ia bersama delapan orang anak-anak orang NU mendapat perlakuan diskriminatif dari seorang gurunya yang tidak suka dengan NU. “Dulu itu kalau bulan Ramadhan sekolah libur satu bulan penuh. Namun tidak bagi saya dan beberapa teman yang merupakan anak-anak NU. Kami disuruh untuk tetap berangkat sekolah satu bulan penuh dan tugasnya adalah menyapu sekolahan selama masa liburan. Jadi kelas 4 SD saya sudah ngomong soal NU, saya juga ingat saat itu saya memakai topi Ansor, ”ujarnya.

Ia juga ingat, waktu kecil ada tokoh NU yang hadir di Alun-alun Purworejo untuk memberikan ceramah. Namanya KH Yasin Yusuf dari Blitar. Saat itu setelah menyampaikan jika Banser adalah singkatan dari Barisan Ansor Serba Guna yang kemudian disambung dengan uraian jika Ansor memiliki kepanjangan Anti Necolim Subversif Oldefos Reactioner. “Saya juga ndak tau Pak Yasin Yusuf dapat referensi itu dari mana,”.

Dijelaskannya, Purworejo ini memiliki dua tokoh Ansor yang hebat, yakni KH Saefudin Zuhri. Beliau asli orang Sokaraja Banyumas yang berkarier organisasi Ansor dari Purworejo. Dan yang kedua adalah Drs Rahmat Mulyo Wiseno, keturunan Gagak Handoko asli dari Solotiyang Loano. Kedua orang tersebut bersahabat baik namun sempat renggang karena berebut menjadi menantunya KH Dahlan Baledono. Singkat cerita, KH Saefudin Zuhri yang kemudian terpilih menjadi menantu KH Dahlan. “Pak Saefudin Zuhri ini memiliki karier yang cemerlang di organisasi. Beliau pernah menjadi Konsul NU Kedu lalu Sekjend PBNU,” katanya.

Baca juga:  PR FATAYAT CIPEDAK BRUNO RESMI DILANTIK, KETUA PC FATAYAT : BERHARAP BISA AMBIL PERAN BAGI MASYARAKAT

Drs Rahmat Mulyo Wiseno setelah agak renggang dengan KH Saefudin Zuhri waktu itu lalu hijrah ke Surabaya. Di Surabaya beliau meniti karier di bidang ekonomi yang bahkan menjadi ekonom pertama NU di Indonesia. “Akhirnya, dua orang sahabat tersebut dipertemukan di Jakarta karena sama-sama terpilih menjadi menteri. KH Saefudin Zuhri sebagai Menteri Agama, sedangkan Drs Rahmat Mulyo Wiseno menjadi Menteri Ekonomi. Beliau berdua merupakan anak asuhnya KH Wahab Hasbullah,” tuturnya.

Dijelaskannya, keduanya adalah orang-orang organisatoris yang runtut meniti karier organisasi dari bawah. Pada tahun 1971, KH Wahab Hasbullah pernah berpidato yang menyampaikan bahwa pengurus NU diutamakan berjenjang. NU akan lebih baik jika dipimpin oleh kader berjenjang, tidak ujug-ujug duduk di PBNU. “Ini pesan beliau. Jika ujug-ujug berada di posisi yang tinggi sedangkan dia tidak memiliki pengalaman dari bawah, nanti kalimat-kalimatnya akan dikoreksi oleh Ranting-ranting atau MWC,” katanya.

“Saya juga berproses dari bawah. Dulu saya pernah aktif di IPNU Ranting Berjan, PMII Komisariat Tribakti  lalu di tarik di kepengurusan GP Ansor Kota Madya Kediri oleh Ketua Ansor Kota Kediri waktu itu KH Anwar Iskandar, sebelum akhirnya di dawuhi pulang karena bapak gerah. Sepulang di Purworejo, saya diminta menjadi Penasehat IPNU Cabang Purworejo dan Rois Syuriah WMC NU Gebang di usia saya yang saat itu baru 29 tahun. Tapi saya sadar betul, saya jadi rois di usia yang masih belia itu bukan karena saya pinter atau hebat, tapi jadi korban ketidak sanggupan yang lain,” tuturnya.

Baca juga:  Ranting GP Ansor Desa Prapagkidul Menggelar Lomba Tahfidz Quran

“Jerih payah kita berjuang di NU, di Ansor, Banser maupun organisasi otonom NU lainnya belum ada apa-apanya dibanding ulama-ulama pejuang NU zaman dulu. Dulu tidak hanya berkorban waktu, tenaga, pikiran, nyawa pun dipertaruhkan,” imbuhnya.

Saat Gestapu misalnya, di Dusun Gamblok Kelurahan Baledono, PKI sudah mempersiapkan tiga buah lubang buaya untuk tiga kyai di Purworejo yakni KH Sulaiman Sindurjan, KH Jamil Ngemplak dan KH Nawawi Berjan. Di tengah ancaman tersebut Banser mengambil peran melakukan pengawalan.
“Bapak saya, setiap malam sare di pinggir kali Berjan. Dijaga sama Banser. Saya dapat cerita ini dari seorang Banser Bruno, almarhum Pak Muhtasor,” katanya.

Transportasi dan komunikasi jaman dulu juga sangat jauh dibandingkan sekarang. Belum ada motor apalagi mobil. “Zaman bapak saya jadi pengurus NU Purworejo, pernah mendapat undangan menghadiri Konferensi Cabang NU Wonosobo. Dari Purworejo ada empat orang kyai yang hadir ke sana, naik sepeda onthel. Diantaranya bapak saya KH Nawawi, Mbah Jamil Ngemplak, Mbah Solikhun Baledono dan Mbah Damiri Pongangan. Itu rekasane pejuang-pejuang para pendahulu kita,” katanya.

Mantan anggota DPD Jawa Tengah ini juga berpesan sebuah syair dari penyair Arab, Syauqi Bey wa abaaunal asadu fi kulli ma’roqin, idza ghobatil asadu, qoomat fukhudzuha  yang berarti dan nenek moyang kita adalah singa-singa di setiap medan perjuangan, ketika singa-singa tua telah tiada, muncullah singa muda sebagai gantinya. “Kader-kader Ansor ini harus menjadi singa muda yang siap tampil saat singa tua telah tiada,” katanya.

Warta : Lukman Hakim

Editor : A.R

Artikel ini telah dibaca 265 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

“Kaligesing Hadirkan Demaji Ecopark, Taman Budaya Baru dengan Konsep Modern-Tradisional”

1 September 2024 - 14:23 WIB

“Disambut Lagu Yalal Wathon, Yophi-Lukman Hadiri Rapimcab PPP Purworejo”

25 Agustus 2024 - 19:37 WIB

Pengumuman Resmi KPU Purworejo: Jadwal dan Syarat Pendaftaran Pilkada 2024

25 Agustus 2024 - 06:40 WIB

MTs An Nawawi Berjan Selenggarakan Lomba Kostum Maskot dari Limbah Kertas dan Plastik

18 Agustus 2024 - 19:17 WIB

Haji 1445 H Berjalan Lancar, Kemenag Purworejo Ucapkan Terima Kasih

1 Agustus 2024 - 07:34 WIB

Potong tumpeng, dalam rangka sukses Haji 1445 H/2024 M

KPU Purworejo Gelar Media Gathering, Gandeng Pegiat Sosial Media untuk Sosialisasi Pemilihan Serentak 2024

30 Juli 2024 - 19:19 WIB

Trending di Berita