PURWOREJO, nupurworejo.com – Khatib ‘Aam PBNU, KH Ahmad Said Asrori menyampaikan, pesan kepada warga Nahdlatul Ulama untuk menyekolahkan putra-putrinya sekolah di lembaga Nahdlatul Ulama, wajib hukumnya. Termasuk Kuliahnya di Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama.
“Sudah banyak terjadi warga NU putra-putrinya tidak di sekolahkan di Nahdlatul Ulama, sementara warga yang selain NU tidak pernah menyekolahkan di lembaga milik kita. Dimana ini merupakan fiqroh Nahdlatul Ulama,” jelasnya.
Hal itu disampaikan saat memberi Mauidhotul Khasanah dan Sarasehan Nasional diperingatan Hari lahir (Harlah) ke 48 Tahun, Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Purworejo, di Ruang Auditorium, Kamis (10/3). Acara dengan mengusung tema “Penguatan Manajemen Institusu Menuju Perguruan Tinggi NU Berdaya Saing”.
Acara juga sekaligus launcing buku ‘Jejak Moderasi Beragama di Tanah Jawa: Menyingkap Tokoh Penyebar Islam dan Strategi Pengembangan Desa Wisata Edukatif di Kabupaten Purworejo’ yang diserahkan di enam Kecamatan di Kabupaten Purworejo.
KH Said Asrori mengucapkan, selamat berharlah ke 48 tahun Stainu Purworejo. Semoga cita-citanya tercapai untuk menjadi Universitas Nahdlatul Ulama.
“Alhamdulillah Stainu Purworejo statusnya sudah resmi dibawah LPTNU dan tanahnya juga sudah jelas, semoga pewakafnya mendapatkan pahala shodaqoh jariyyah terus menerus,” pesannya.
Selain itu, Ketua PCNU Purworejo, KH Drs Farid Solihin M.MPd menyampaikan, syukur Alhamdulillah di Purworejo, bediri Stainu yang sudah cukup lama, bahkan sudah pasang surut.
“Stainu Purworejo sekarang sudah resmi Lembaga dibawah SK LPTNU dari PBNU,” ujarnya.
KH Farid Solihin meminta dukungan semua pihak untuk ikut andil dalam rangka menyukseskan perkuliahan Stainu Purworejo.
“Kewajiban PCNU memberi kontribusi, di Purworejo sendiri ada 21 lembaga salah satunya adalah LPTNU sendiri. Oleh karena itu, kita menjembatani memberi tahu untuk warga NU di Kuliahkan di Stainu Purworejo,” beber KH Farid.
Harapan kami, lanjut KH Farid, Stainu Purworejo merupakan perguruan tinggi terlama di Kabupaten Purworejo. Jadi Stainu harus memberi kemanfaatan untuk masyarakat.
“Agar NU selalu hadir melayani masyarakat untuk khotibul ummah atau pelayan masyarakat NU di Kabupaten Purworejo,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua STAINU Purworejo, Mahmud Nasir, S.Fil.I,M.Hum menyampaikan, Stainu Purworejo lahir pada 6 Maret 1974, awal mula bernama Perguruan Tinggi Islam Imam Puro (PTIIM) yang didirikan oleh para tokoh muasis yaitu tokoh-tokoh NU di Kabupaten Purworejo. Bertujuan melestarikan ajaran Islam alla thariqah Ahlusunah Wal Jama’ah, merawat Islam, mengembangkan nilai-nilai kebinekaan, kebangsaan serta merwat budaya.
“Stainu Purworejo merupakan perguruan tinggi NU yang sangat bangga mencantumkan nama besar organisasi keagamaan Nahdlatul Ulama sejak awal tahun 1980 an,” jelasnya.
Nasir menyampaikan, berjalannya waktu Stainu Purworejo pada tahun 2015-2016 dengan bentuk reformasi kebijakan awal perbaikan tercatat sesuai dengan Standar Nasional Perguruan Tinggi (SNPT).
“Pada tahun 2015-2016 inilah menjadi pinakan awal mutu secara internal dan eksternal institusi melalui SNPT,” jelasnya.
Dijelaskan Nasir, Stainu Purworejo dibawah naungan penuh badan perkumpulan Nahdlatul Ulama dan berbadan hukum dibawah LTPNU mulai tercapai pada tahun 2021.
“Dimana Stainu Purworejo merupakan perguruan tinggi Islam harus mengambil peran pendidikan Islam di Kabupaten Purworejo,” pungkasnya.