Kemiri, nupurworejo.com – Gus Miftah Maulana Habiburrahman, atau akrab disapa Gus Miftah, menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya tidak tergesa-gesa dalam menilai suatu keadaan. Menurutnya, kebaikan maupun keburukan bisa datang dari arah yang tak terduga. Pesan tersebut disampaikan saat memberikan Mauidhoh Khazanah dalam rangka Haflah ke-12 di Pondok Pesantren Darut Tauhied 8 Kemiri, pada Ahad (25/5/2025).
Dalam ceramahnya, Gus Miftah menyampaikan sebuah kisah inspiratif tentang seekor burung. Diceritakan, burung tersebut jatuh ke kubangan lumpur yang dingin dan merasa sangat sial. Keadaannya semakin buruk ketika tertimpa kotoran kerbau.

Namun, yang tak disangka, justru kotoran itu memberinya kehangatan yang menyelamatkannya dari udara dingin. Tak lama, seekor kucing datang dan membersihkannya. Awalnya, burung merasa diselamatkan, tetapi setelah bersih, kucing itu justru memakannya.
Melalui kisah tersebut, Gus Miftah menekankan pentingnya memahami makna di balik kejadian. “Kisah ini mengajarkan tentang perspektif yang sering keliru. Sesuatu yang terlihat buruk (kotoran) bisa membawa kebaikan (kehangatan), sebaliknya yang terlihat baik (kucing) justru membawa keburukan (kematian),” pesannya.
Untuk menguatkan pesannya, Gus Miftah mengutip firman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah ayat 216 (Juz 2):
وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْۗ
Artinya: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu”.
Ia melanjutkan, bahwa ujian atau musibah yang terasa pahit. Sejatinya bisa menjadi jalan menuju kebaikan. “Perlu diingat semua orang akan mendapatkan ujian dengan batasnya masing-masing, maka yang kita lihat adalah kebesaran Allah SWT, agar kita selalu menjadi hamba yang bersyukur,” tuturnya mengingatkan.
Gus Miftah juga mengingatkan bahwa cobaan adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Beliau mengutip hadits riwayat Ibnu Majah dalam kitab Sunan Ibnu Majah, juz II, halaman 1338:
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
Artinya: “Sesungguhnya besarnya balasan sesuai dengan besarnya ujian. Sesungguhnya, ketika Allah mencintai suatu kaum, Allah akan mengujinya. Siapa yang ridha, ia akan mendapatkan ridlo Allah SWT. Siapa yang membencinya, ia akan mendapatkan kemurkaan Allah SWT”.
Di akhir tausiyahnya, Gus Miftah berpesan, menghadapi ujian dan masalah agar jangan sekali-kali menjauh dari Allah SWT. Setiap masalah dikembalikan kepada Allah SWT sebagai sumber segala solusi.
“Sering saya berucap, manusia punya kendala, Allah punya kendali. Manusia punya masalah, Allah punya solusi,” pungkasnya.
Kontributor: Adi
Editor: Rudi











